Kamis, 17 Juli 2008

Ilmu Itu Penting



Manusia bisa sejajar, bahkan lebih dari malaikat dengan kekuatan ilmunya dan kekuatan pemahamannya, kekuatan akalnya. Maka siapapun manusia yang seluruh perhatiannya melakukan pola pikir melalui ilmu, dan amal, maka paling tepat dijuluki dia Malaikat yang paling mulia dan akhirnya disebut malaikat dan orang alim, Allah berfirman

“ Ini tidak lain hanyalah Malaikat yang paling mulia “ (Yusuf 31).


Seorang baik-baik tanpa ilmu, dan seorang pemabuk yang mempunyai ilmu walau sedikit. Keduanya sama-sama bermimpi bertemu dengan makhluk yang gagah berupa manusia, berjubah dan berwibawa. Dalam mimpinya makhluk tersebut mengatakan:" Akulah Tuhanmu, sembahlah aku didepan pintu masuk rumahmu, nanti akan kuperlihatkan diriku padamu".

Keesokan harinya orang yang baik itu pun menyembah makhluk itu didepan pintu masuk rumahnya , walau tak terlihat makhluk itu tapi diyakininya bahwa makhluk itu ada didepan rumahnya, dengan penuh harap pula menunggu penampakan makhluk yang mengaku Tuhan tersebut. Hal ini didorong oleh kisah Nabi Ibrahim yang konon mendapatkan perintah melalui mimpi.

Akan tetapi si pemabuk bukannya menyembah makhluk yang dimimpikannya, malah dia bawa golok dan nongkrong didepan pintu rumahnya. Dengan harapan apabila yang dimimpikannya itu muncul akan ditebas.

Ternyata dengan ilmunya yang sedikit itu ia mengetahui bahwa tak ada sesuatu pun yang menyerupai Tuhan.

Mana yang selamat?, Syirik menyembah selain Tuhan tak ada obatnya, tetapi mabuk sebagai dosa masih bisa diampuni.

Nasihat Salafus Shalih akan Pentingnya Ilmu

Penulis: Kitab Aadaabu Thaalibil ‘Ilmi
.: :.
Nasehat Salafush Shalih untuk Kaum Muslimin

Beberapa atsar yang berisi nasehat dan keterangan akan pentingnya ilmu dan mempelajarinya.

Pertama: Dari ‘Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Ilmu itu lebih baik daripada harta, ilmu akan menjagamu sedangkan kamulah yang akan menjaga harta. Ilmu itu hakim (yang memutuskan berbagai perkara) sedangkan harta adalah yang dihakimi. Telah mati para penyimpan harta dan tersisalah para pemilik ilmu, walaupun diri-diri mereka telah tiada akan tetapi pribadi-pribadi mereka tetap ada pada hati-hati manusia.” (Adabud Dunyaa wad Diin, karya Al-Imam Abul Hasan Al-Mawardiy, hal.4

Kedua: Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau apabila melihat para pemuda giat mencari ilmu, beliau berkata: “Selamat datang wahai sumber-sumber hikmah dan para penerang kegelapan. Walaupun kalian telah usang pakaiannya akan tetapi hati-hati kalian tetap baru. Kalian tinggal di rumah-rumah (untuk mempelajari ilmu), kalian adalah kebanggaan setiap kabilah.” (Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih, karya Al-Imam Ibnu ‘Abdil Barr, 1/52)
Yakni bahwasanya sifat mereka secara umum adalah sibuk dengan mencari ilmu dan tinggal di rumah dalam rangka untuk mudzaakarah (mengulang pelajaran yang telah didapatkan) dan mempelajarinya. Semuanya ini menyibukkan mereka dari memperhatikan berbagai macam pakaian dan kemewahan dunia secara umum demikian juga hal-hal yang tidak bermanfaat atau yang kurang manfaatnya dan hanya membuang waktu belaka seperti berputar-putar di jalan-jalan (mengadakan perjalanan yang kurang bermanfaat atau sekedar jalan-jalan tanpa tujuan yang jelas) sebagaimana yang biasa dilakukan oleh selain mereka dari kalangan para pemuda.

Ketiga: Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: “Pelajarilah oleh kalian ilmu, karena sesungguhnya mempelajarinya karena Allah adalah khasy-yah; mencarinya adalah ibadah; mempelajarinya dan mengulangnya adalah tasbiih; membahasnya adalah jihad; mengajarkannya kepada yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah; memberikannya kepada keluarganya adalah pendekatan diri kepada Allah; karena ilmu itu menjelaskan perkara yang halal dan yang haram; menara jalan-jalannya ahlul jannah, dan ilmu itu sebagai penenang di saat was-was dan bimbang; yang menemani di saat berada di tempat yang asing; dan yang akan mengajak bicara di saat sendirian; sebagai dalil yang akan menunjuki kita di saat senang dengan bersyukur dan di saat tertimpa musibah dengan sabar; senjata untuk melawan musuh; dan yang akan menghiasainya di tengah-tengah sahabat-sahabatnya.
Dengan ilmu tersebut Allah akan mengangkat kaum-kaum lalu menjadikan mereka berada dalam kebaikan, sehingga mereka menjadi panutan dan para imam; jejak-jejak mereka akan diikuti; perbuatan-perbuatan mereka akan dicontoh serta semua pendapat akan kembali kepada pendapat mereka. Para malaikat merasa senang berada di perkumpulan mereka; dan akan mengusap mereka dengan sayap-sayapnya; setiap makhluk yang basah dan yang kering akan memintakan ampun untuk mereka, demikian juga ikan yang di laut sampai ikan yang terkecilnya, dan binatang buas yang di daratan dan binatang ternaknya (semuanya memintakan ampun kepada Allah untuk mereka). Karena sesungguhnya ilmu adalah yang akan menghidupkan hati dari kebodohan dan yang akan menerangi pandangan dari berbagai kegelapan. Dengan ilmu seorang hamba akan mencapai kedudukan-kedudukan yang terbaik dan derajat-derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat.
Memikirkan ilmu menyamai puasa; mempelajarinya menyamai shalat malam; dengan ilmu akan tersambunglah tali shilaturrahmi, dan akan diketahui perkara yang halal sehingga terhindar dari perkara yang haram. Ilmu adalah pemimpinnya amal sedangkan amal itu adalah pengikutnya, ilmu itu hanya akan diberikan kepada orang-orang yang berbahagia; sedangkan orang-orang yang celaka akan terhalang darinya.” (Ibid. 1/55)

Keempat: Dari ‘Umar Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata: “Sesungguhnya seseorang keluar dari rumahnya dalam keadaan dia mempunyai dosa-dosa seperti gunung Tihamah, akan tetapi apabila dia mendengar ilmu (yaitu mempelajari ilmu dengan menghadiri majelis ilmu), kemudian dia menjadi takut, kembali kepada Rabbnya dan bertaubat, maka dia pulang ke rumahnya dalam keadaan tidak mempunyai dosa. Oleh karena itu, janganlah kalian meninggalkan majelisnya para ulama.” (Miftaah Daaris Sa’aadah, karya Al-Imam Ibnul Qayyim, 1/77)

Seorang mukmin yang tidak hafal huruf-huruf dan surat-surat Al Qur’an lebih
baik dari pada seorang tidak beriman atau munafik yang menghafal Al Qur’an.
Namun seorang mukmin yang berpengetahuan dan bijak-yaitu mukmin yang dikaruniai
ilmu dan iman-jauh lebih baik dari pada mukmin yang tidak berilmu.

Ilmu yang sempurna adalah ilmu yang diendapkan dalam hati, kemudian
diamalkan. Inilah yang juga disebut ilmu bermanfaat, yang nerupakan sandi
terpenting dari hikmah. Ilmu ini akan memberikan kebaikan kepada pemiliknya,
sedangkan ilmu tanpa amal akan menghujat pemiliknya pada hari kiamat. Oleh
karena itu, Allah memperingatkan kaum beriman yang hanya bisa berbicara tetapi
tidak melakukan apa-apa. Firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak
perbuat? Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang
tiada kamu kerjakan. (Ash Shaf: 2 - 3)

Allah juga memperingatkan kita agar tidak meyembunyikan ilmu. Kita
diperintahkan untuk menyampaikan ilmu yang merupakan karunia Allah itu sebatas
kemampuan kita. Allah tidak memaksakan seseorang kecuali dalam batas
kemampuannya. Allah berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan,
berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan
dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati.” (Al Baqarah:159)

Meskipun ayat diatas ditujukan kepada Ahli Kitab, hukumnya berlaku umum bagi
setiap orang yang menyembunyikan ilmu pengetahuan dan petunjuk-petunjuk
kebenaran yang diturunkan Allah. Dengan demikian, jelaslah jalan menunju surga
dan jalan menuju neraka. Orang yang rugi adalah orang yang menyembunyikan
sesuatu yang diturunkan Allah dan menipu hamba-hamba-Nya. Ia akan dilaknat
Allah dan semua makhluk-Nya, karena dia telah menipu makhluk, merusak
dien/agama, dan menjauhkan diri dari rahmat Allah. Sebaliknya, orang yang
mengajarkan kebenaran dan kebaikan kepada manusia, akan dimintakan ampun oleh
setiap makhluk, termasuk ikan-ikan dan burung-burung, karena dia telah berbuat
untuk kemaslahatan makhluk, menegakkan dien, dan mendekatkan makhluk kepada
Allah.


Sudah seberapa banyakkah ilmu yang kita miliki sekarang ?

Tidak ada komentar: